Daisypath Anniversary tickers

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Friday, July 19, 2013

Kisah Tauladan : Jangan Mengambil Hak Orang Lain

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.
Sempena bulan Ramadhan Al Mubarak ni, aku saje nak share kisah-kisah tauladan yang boleh diambil iktibar, insyaallah. Bukan ape, kadang terbace kisah-kisah yang seakan same dengan senario didepan mate. So, aku harap kisah ni mampu memberi pengajaran untuk semua :)

Sabda Rasulullah saw bersabda : “Sesiapa yang merampas hak seorang Muslim dengan sumpahnya maka sesungguhnya Allah s.w.t telah memastikan neraka untuknya dan mengharamkan untuknya syurga.” Seseorang bertanya baginda: “Walaupun benda itu sedikit wahai Rasulullah?” Jawab baginda: “Walaupun sebatang kayu sugi.” ( Imam Muslim)

Hadith di atas cukup jelas maksudnya akan tegahan kepada sikap suka mengambil barangan hak milik orang lain, sama ade korang amek dengan sengaja atau pun tidak. Sama ada tuan empunya diri sedar atau tidak. Ia adalah satu sikap yang tak baik. Rasulullah dengan keras menyatakan "walaupun sebatang kayu sugi" sebab kalo difikirkan secara logik berapa jep harge kayu sugi, kan? Padahal bleh dapat free jep. Tapi kalo dah kate tu hak orang lain, tetap la haram untuk di amek.

Dalam Surah Al- Baqarah, ayat 188, Allah SWT berfirman: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”. Ini macam la senario yang kite bleh tengok dalam kes-kes mahkamah tentang isu perebutan harta bagai, padahal ade je pihak yang tak mengerah tenaga pun untuk hasil tapi sibuk jugak dok fight  kat court sebab nakkan sebagahian daripada hasil. Astagfirullah..

Imam ibn Al-Arabi menegaskan, ini adalah satu daripada kaedah utama dalam muamalat Islam dan asas bagi semua kontrak pemilikan. Erti ‘makan’ dalam ayat itu ialah penerimaan pemberian dan penguasaan. Digunakan lafaz ‘makan’ sebagai perumpamaan saja.

Manakala maksud al-bathil menurut Ibn Al-Arabi: “Apa saja yang tidak halal menurut syarak seperti riba, gharar dan seumpamanya yang tiada satu faedah dan manfaat (buat Islam).”
Imam Al-Qurtubi pula memasukkan perjudian, pertaruhan, penipuan, rampasan, khianat, mengingkari hak orang lain yang sebenar, mengambil hak orang lain tanpa direstuinya, upah pelacuran, upah tukang tilik, bomoh, harga dan untung jualan arak, babi serta yang memang jelas menyalahi hukum Islam adalah tergolong dalam makanan harta secara batil. Ini sebagaimana dinyatakan beliau: “Sesiapa yang memakan harta orang lain tidak di atas landasan izin syarak, dia makan secara batil.”
Syeikh Rashid Ridha meluaskan lagi bentuk dan erti ‘batil’ kepada apa saja bentuk bayaran yang tidak mempunyai nilai timbal balik pada pandangan syarak yang sebenar.

Begitupun, mungkin ada yang akan bertanya mengenai hukum terhadap hak ke atas harta yang dimenangi membabitkan proses kehakiman di mahkamah dengan alasan harta berkenaan disahkan oleh hakim.

Mengenai hal ini, Imam Al-Qurtubi menjelaskan: “Barang siapa memakan secara batil, walaupun jika seorang hakim memutuskan kemenangan kepadamu, sedang kamu sesungguhnya tahu kamu (hakikatnya) bersalah (menipu), yang haram tidak akan sesekali menjadi halal dengan keputusan hakim itu, dia hanya memberikan hukum berdasarkan zahir dan bukti, dan inilah (hukum yang) ijma.” (Al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, 2/338)

Pandangan ini jelas sebagaimana dinyatakan Rasulullah SAW bermaksud: “Sesungguhnya aku hanya manusia dan kamu sentiasa membawa kes pertikaian untuk diselesaikan olehku, dan mungkin sebahagian kami lebih cekap berhujah dari sebahagian lainnya, lalu aku memutuskan hukuman berdasarkan apa yang aku dengar saja. Barang siapa yang ku jatuhkan hukuman dan hukuman itu mengambil hak yang lain (akibat kurang cekap pihak yang benar dalam berhujah), janganlah kamu mengambilnya, sesungguhnya ia bakal menjadi sepotong api neraka.” (Riwayat Abu Daud, Tirmidzi)

Kesimpulannya, umat Islam perlu mengambil berat mengenai perihal pendapatan mereka kerana dibimbangi mereka lupa mengenai objektif dalam mendapatkan harta serta pendapatan secara halal sehingga menganiaya pihak lain.
                                        --------------------                    --------------------
Kisah Sebiji Kurma.
 
Kisah di bawah ini mungkin bisa jadi renungan bagi kita semua untuk lebih hari-hati dalam bertindak. Jangan sampai ada barang atau sesuatu yang bukan hak kita, lalu kita kuasai atau kita konsumsi. Kisah seorang lelaki yang termakan olehnya sebiji kurma bukan miliknya. Hatinya tidak tenang sehingga memaksanya mencari siapa pemilik biji kurma tersebut.

Setelah Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat untuk berziarah ke Masjidil Aqsa. Sebagai bekal  perjalanan, ia membeli kurma dari pedagang tua yang berdagang dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terjatuh dari meja dekat dengan timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.

Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih satu tempat beribadah dalam ruang di bawah Kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa dengan khusyuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara 'yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT," kata malaikat yang satu.

"Tapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak karena empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi ..

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia merasa cemas sekali, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

"Astaghfirullahal 'Adzhim" Ibrahim beristighfar. Terus ia berkemas untuk berangkat lagi menuju ke Mekkah untuk menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah ia bergegas terus menuju ke tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Di manakah ia sekarang? " Tanya Ibrahim.

"O, beliau sudah meninggal sebulan yang lalu, sekarang saya lah yang  melanjutkan pekerjaannya berdagang kurma" jawab anak muda itu.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya bisa meminta untuk penghalalan?". Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan dengan penuh khidmat.

"Nah, begitulah" kata Ibrahim setelah bercerita.

"Saudara sebagai ahli waris orang tua itu, bisakah  saudara menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur saya makan tanpa izinnya?".

"Bagi saya tidak masaalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani menghalalkan bagi pihak mereka karena mereka memiliki hak waris sama dengan saya. "

"Tolong berikan alamat saudara-saudaramu, biar saya temui mereka satu persatu."

Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui saudara-saudara anak muda itu. Biarpun berjauhan, akhirnya urusan itu selesai juga. Mereka semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang dimakan oleh Ibrahim secara tidak sengaja.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham kembali berada di bawah Kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu membicarakannya terdengan bercakap-cakap lagi. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain."

"O, tidak! Sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang dia sudah bebas. "

Subhanallah…hanya karena sebutir kurma yang bukan miliknya, doanya tidak dikabulkan. Bagaimana dengan mereka yang mengambil hak orang lain sampai miliaran rupiah. Bagaimana dengan mereka yang korupsi uang rakyat yang jutaan jumlahnya? Bagaimana mereka meminta halalnya?



Semoga, ape yang dikongsi menjadi tauladan kepada semua. Insyaallah. Selamat Berpuasa!

Love.Izrin

1 comment: